- Masyarakat Indonesia mulai menerima vaksin booster. Banyak yang merasakan berbagai efek samping dari vaksin booster. Untuk mengantisipasi timbulnya efek samping vaksin booster, Anda perlu tahu beberapa tips yang perlu Anda persiapkan sebelum vaksin booster. 1. Mengalokasikan waktu Anda perlu mengalokasikan waktu untuk vaksin, bukan hanya untuk menerima suntikan, namun juga untuk pemulihan. Sebaiknya Anda mengosongkan jadwal Anda setelah vaksin dan tidak melakukan kegiatan berat setidaknya 2 sampai 3 hari setelah vaksin. Hal ini bertujuan untuk memastikan tubuh Anda merespons dengan baik vaksin Makan bergizi dan banyak minum Sebelum berangkat ke tempat vaksin, pastikan Anda sudah makan dan mengonsumsi makanan bergizi. Anda juga harus meminum air yang cukup. Kedua hal ini penting karena bisa mencegah Anda merasa pusing karena cemas ketika akan menerima vaksin booster. 3. Hindari olahraga berat sebelum vaksin Olahraga memang baik untuk kesehatan. Namun, sebelum vaksin, sebaiknya Anda hanya melakukan olahraga ringan saja. Olahraga ringan akan membantu tubuh Anda tetap bugar dan rileks sebelum disuntik. 4. Tidur cukup Tidur yang cukup dan berkualitas akan membantu tubuh Anda tetap fit pada hari menerima vaksin. Tidurlah 6 sampai 8 jam ideal untuk mempersiapkan tubuh Anda menerima juga Ini Daftar Vaksin Booster Sesuai Vaksin Primer yang Dipakai di Indonesia 5. Jangan menerima vaksin lain Pastikan Anda tidak menerima vaksin lain, setidaknya 14 hari sebelum menerima vaksin booster. Tujuannya adalah untuk meminimalisir efek samping yang muncul dan supaya vaksin bisa bekerja dengan optimal. Namun, ada pengecualian untuk vaksin flu. Dilansir dari National Health Service NHS, vaksin flu tahunan boleh disuntikan bersamaan dengan vaksin flu. 6. Siapkan obat pereda nyeri Anda boleh menyiapkan obat pereda nyeri atau penurun demam sebagai langkah antisipasi. Tapi jangan meminum obatnya sebelum vaksin karena bisa menurunkan efektivitas vaksin itu sendiri. 7. Siapkan makanan bergizi untuk pemulihan setelah vaksin Jika Anda memasak sendiri makanan Anda, Anda bisa menyiapkannya sebelum berangkat vaksin. Siapkan masakan yang ringan dan nyaman dikonsumsi, seperti sup ayam. Selain itu siapkan pula buah-buahan dan makanan bergizi lainnya. Setelah pulang vaksin, fokuslah untuk beristirahat. Dengan menerapkan tips di atas, Anda bisa meminimalisir efek samping vaksin booster yang mungkin muncul. Semoga sehat selalu dan tetap jaga protokol kesehatan, ya. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Membuatjamu untuk memperpanjang nafas ayam bangkok aduan yang bisa memberikan napas yang panjang bagi ayam bangkok anda, berikut bahan-bahan yang bisa anda sediakan untuk membuatnya : 1 ruas temu kunci. 100 gr gula aren. 1 buah asam jawa. Setelah semuanya sudah tersedia, baru kemudian anda bisa meramunya dengan langkah pertama, Ratusan juta orang di seluruh dunia mengharapkan vaksinasi secepatnya melawan virus corona. Namun dalam waktu bersamaan, banyak orang ragu dan takut. Pasalnya, di satu sisi mereka ingin melindungi dari dari infeksi Covid-19, namun di sisi lainnya takut pada efek samping vaksin baru itu. Banyak yang menyangsikan keamanan vaksin yang dikembangkan sangat cepat itu, dan mempertanyakan apakah efek sampingnya sudah benar-benar diteliti dengan memadai. Pertanyaannya cukup panjang reaksi vaksinasi mana yang normal? Apa efek samping yang mungkin muncul? Apakah saya harus divaksinasi? Reaksi vaksinasi normal Apapun jenis vaksin yang diberikan, reaksi tertentu tubuh setelah imunisasi adalah hal normal. Reaksi normal biasanya tidak memicu gejala berat. Demam ringan, sakit kepala dan nyeri anggota tubuh, bengkak di lokasi suntikan atau gatal-gatal, dalam waktu tiga hari setelah divaksinasi bukanlah hal aneh. Gejala ini biasanya hilang setelah beberapa hari. Reaksi tubuh merupakan petunjuk, bahwa vaksin ampuh, dengan memicu sistem kekebalan tubuh dan tubuh mengembangkan antibodi terhadap "infeksi tipuan" yang dipicu vaksin. Reaksi khas setelah vaksinasi semacam itu, juga sudah dilaporkan muncul dari vaksin yang sudah digunakan, yakni buatan BioNTech-Pfizer, Moderna, AstraZeneca dan vaksin buatan Rusia, Sputnik V. Jarang timbul efek samping dengan gejala serius Di samping reaksi khas vaksinasi normal, tentu saja ada kasus efek samping dengan gejala yang amat berat pada sebagian sangat kecil individu. Misalnya syok alergi, yang sudah diberitakan dengan gencar. Tapi perlu diingat, ini adalah kasus individual. Tiga vaksin corona yang sejauh ini sudah mendapat izin, menurut jawatan obat Eropa-EMA, jawatan obat dan makanan AS - FDA serta organisasi kesehatan dunia-WHO, secara keseluruhan aman. Jika tidak, lembaga pengawasan obat dan makanan ini tidak akan mengeluarkan izin penggunaan vaksinnya. Vaksin dari BioNTech dan Moderna dalam pengembangannya menggunakan metode terbaru, yang disebut vaksin mRNA. Secara mendasar, vaksin ini berbeda dengan vaksin konvensional. Dalam artian, vaksin tidak mengandung virus mati atau virus yang dilemahkan. Melainkan hanya rancang bangun untuk satu bagian pembentuk penyebab Covid-19. Sementara vaksin AstraZeneca pengembangannya juga menggunakan teknologi baru, yang disebut vektor virus. Vaksin vektor ini memanfaatkan adenovirus, misalnya virus flu yang hanya menginfeksi simpanse, sebagai alat transportasi, untuk menyusup ke protein permukaan SARS-CoV-2 yang disebut protein duri, agar memicu reaksi kekebalan mengabaikan risiko vaksin? Hal ini menjadi tanggung jawab tiap individu. Setiap orang harus menimbang sendiri, apakah baginya keuntungan lebih besar dari risikonya? Apakah bagi saya lebih penting, melindungi diri saya sendiri dan orang lain lewat vaksinasi? Dan dengan begitu kembali menjalani hidup normal. Atau, bagi saya risiko dari vaksin teknologi terbaru ini terlalu besar? Juga ada pertimbangan lain, semua risiko dan efek samping yag sejauh ini tercatat, adalah data rekaman momen per momen dari beberapa bulan belakangan. Ini harus dicatat, agar kita tidak terlalu euforia menanggapi proses cepat pengembangan vaksin. Seperti pengalaman pada vaksin lain sebelumnya, studi jangka panjang lah yang akan memberikan kejelasan. Inilah yang disebut fase 4, dengan monitoring vaksinasi global setelah izin dikeluarkan. Sejauh ini belum ada informasi mengenai kemungkinan efek samping yang langka, misalnya pada orang komorbid atau pengidap alergi. Efek samping semacam itu hanya bisa diamati, jika sudah dilakukan vaksinasi pada sangat banyak orang dan dimonitor jangka panjang. "Masih ada risiko yang tersisa", kata Christian Bogdan, direktur Institut Mikrobiologis Klinis, Imunologi dan Higiene di RS Universitas Erlangen. "Setinggi apa risikonya, harus diuji pada bulan-bulan mendatang", paparnya. Siapa yang harus mendapat prioritas imunisasi Bogdan, yang juga anggota komisi tetap vaksinasi di Robert Koch-Institut RKI menyebutkan, pertimbangan antara kegunaan dan risiko tetap menjadi basis vaksinasi. Kepada dpa ia menjelaskan contoh hitungan matematisnya Seorang manusia lanjut usia, jika terinfeksi virus corona menghadapi risiko kematian 20%, sementara jika divaksinasi, risiko efek samping berat hanya satu banding maka secara logika, mereka disarankan untuk melakukan imunisasi. Sebaliknya, anak-anak tidak disarankan mendapat vaksinasi, karena risiko mereka meninggal akibat Covid-19 nyaris nol, dan mereka masih punya masa depan panjang. Juga perempuan yang sedang hamil atau menyusui, dengan menyitir data terbaru, Bogdan menyarankan harus sangat berhati-hati dan jangan melakukan vaksinasi. Walau begitu, jawatan penanggulangan penyakit di AS-CDC menyebutkan, perempuan hamil atau menyusui tidak tertutup kemungkinan mendapat vaksin mRNA, setelah mendapat pemeriksaan dan konsultasi dengan dokternya. Alexander Freund as/pkp Prof Hindra meyakini vaksinasi ini tidak hanya untuk kepentingan individu, namun juga upaya melindungi keluarga terdekat terutama bagi tenaga kesehatan yang menerima vaksin Covid-19 pertama kali. “Pandemi ini sudah melelahkan. Kasihan juga nakes yang ada di garda terdepan. Mereka berjibaku bekerja di luar ambang batas kemampuannya.
Dampak konsumsi ayam broiler untuk kesehatan sering menjadi kekhawatiran di masyarakat. Hal ini berkaitan dengan proses pemeliharaan ayam broiler yang “dipaksa” memiliki tubuh besar dalam waktu yang relatif singkat. Ayam broiler biasanya sudah dapat disembelih ketika berusia sekitar 35 hari. Agar ayam broiler memiliki bobot yang besar, ayam tersebut diberikan asupan makanan berprotein yang terkadang dipadukan dengan pemberian suntik growth promoter pemacu pertumbuhan. Sebenarnya, ayam broiler relatif aman untuk dikonsumsi. Dampak konsumsi ayam broiler untuk kesehatan datang dari pengelolaannya yang tidak higienis. Dampak Konsumsi Ayam Broiler bagi Kesehatan Daging ayam yang dijual di pasaran, termasuk ayam broiler, kemungkinan mengandung bakteri yang bisa menyebabkan penyakit. Sebuah penelitian mengenai kelayakan daging ayam yang beredar di pasaran menemukan bahwa setidaknya ada enam jenis bakteri di dalam ayam broiler, yaitu Salmonella Campylobacter Eschericihia coli Pseudomonas Staphylococcus aureus Enterococcus Mengonsumsi ayam broiler yang telah terkontaminasi bakteri-bakteri tersebut dapat menimbulkan berbagai masakah kesehatan. Berikut adalah beberapa dampak konsumsi ayam broiler yang terkontaminasi bakteri Infeksi Salmonella Bakteri Salmonella umumnya menyerang sistem pencernaan manusia, terutama usus, dan dapat menyebabkan demam tifoid. Penularan bakteri jenis ini dapat terjadi jika Anda mengonsumsi makanan atau minuman yang telah terkontaminasi bakteri Salmonella, termasuk daging ayam broiler yang tidak terjaga kebersihannya. Infeksi Campylobacter Sama seperti Salmonella, infeksi bakteri Campylobacter juga terjadi pada saluran pencernaan. Bakteri tersebut bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan yang sudah terkontaminasi, misalnya daging ayam broiler yang tidak diolah dengan higienis. Dampak konsumsi ayam broiler yang terinfeksi Campylobacter ditandai dengan gejala berupa diare berdarah, demam, sakit perut, dan muntah. Keracunan makanan Bakteri Escherichia coli merupakan salah satu bakteri penyebab keracunan makanan. Penyebaran bakteri ini biasanya terjadi melalui konsumsi makanan, termasuk daging ayam broiler, yang telah terkontaminasi bakteri tersebut. Sebagai salah satu upaya mengurangi risiko kontaminasi bakteri, peternak ayam broiler umumnya menggunakan obat antibiotik. Namun, penggunaan antibiotik berisiko menyebabkan bakteri pada ayam broiler menjadi resisten terhadap jenis obat tersebut. Resistensi antibiotik dapat membuat kontaminasi bakteri sulit diatasi. Jika bakteri sampai menyebabkan infeksi pada manusia. kontaminasi bakteri menjadi semakin susah diobati atau bahkan menimbulkan komplikasi. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut terkait dampak penggunaan antibiotik terhadap konsumsi ayam broiler. Namun, pemberian vaksin pada hewan masih diperkenankan, asalkan sesuai dengan anjuran dari dokter hewan. Peningkatan kualitas dan kebersihan penggunaan kandang juga harus dilakukan guna meminimalkan penyebaran bakteri. Selain risiko kontaminasi bakteri, Anda juga sebaiknya lebih cermat dan waspada jika terlalu sering mengonsumsi ayam. Hal ini karena ayam mengandung kolesterol dan lemak jenuh, terutama di bagian kulit ayam. Untuk menyiasatinya, konsumsilah daging ayam tanpa lemak dan pilih cara mengolah yang lebih sehat, seperti direbus, dikukus, dipanggang tanpa minyak, atau dijadikan sup. Lakukan Hal Ini Saat Hendak Mengonsumsi Daging Ayam Dampak konsumsi ayam broiler berupa kontaminasi bakteri dapat dicegah dengan mengolah daging ayam broiler secara higienis. Berikut ada cara mengolah daging ayam broiler Cucilah tangan dengan sabun dan air mengalir hingga bersih saat hendak mengolah daging ayam. Pisahkan daging ayam dengan bahan makanan lain, misalnya sayuran, untuk mencegah penyebaran bakteri. Gunakan peralatan dapur yang berbeda untuk mengolah daging ayam dan bahan makanan lain. Hindari mencuci daging ayam mentah sebelum dimasak karena bisa menyebarkan bakteri ke alat masak lain yang berada di tempat pencucian. Pastikan daging ayam dimasak dengan suhu minimal 74o Simpanlah daging ayam mentah maupun sisa daging ayam yang tidak dipakai di dalam lemari pembeku freezer. Pastikan piring yang digunakan untuk menyajikan ayam matang dalam kondisi bersih. Anda dianjurkan untuk selalu mengingat panduan mengolah daging ayam di atas untuk menghindari dampak konsumsi ayam broiler bagi kesehatan. Jika Anda merasakan gejala demam, sakit perut, mual, muntah, hingga diare setelah mengonsumsi ayam broiler, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter guna mendapatkan penanganan yang sesuai. Hal ini penting dilakukan karena gejala tersebut bisa menjadi tanda infeksi bakteri yang perlu mendapatkan penanganan langsung oleh dokter.